Problematika Inovasi UMKM

Inovasi merupakan hal yang krusial bagi keberadaan dan keberlangsungan UMKM. Inovasi   menjadi pijakan bagi UMKM untuk dapat mencapai tingkat daya saing yang kompetitif. Daya saing di dalam banyak literatur dan juga dalam prakteknya sedikit banyak akan ditentukan dengan seberapa besar inovasi yang telah dilakukan. Tingkat inovasi memiliki korelasi yang kuat dengan efisiensi dan ujung-ujungnya terhadap harga jual. Inovasi juga berkaitan erat dengan kemampuan produsen (UMKM) dalam menciptakan produk-produk yang berbeda serta unik. Kedua hal tersebut, baik harga maupun keunikan produk, menurut Michael Porter dianggap sebagai faktor utama yang mampu mendongkrak daya saing industri, dalam hal ini UMKM.

Beberapa Persoalan
Ada banyak hal yang menjadikan tingkat inovasi di tataran UMKM tidak begitu menggembirakan. Dari banyak persoalan tersebut bila diperas lagi maka setidaknya ada tiga faktor utama yang menjadikan tingkat inovasi UMKM tidak begitu menggembirakan, yakni: (1) permodalan; (2) sumber daya manusia; dan (3) jaringan.
Faktor permodalan selalu dan selalu menjadi hambatan yang seakan tidak pernah bisa diselesaikan dan dicarikan solusinya. Banyak format yang telah ditawarkan oleh banyak pihak, baik oleh lembaga swadaya masyarakat, perbankan, pelaku UMKM sendiri, maupun pihak pemerintah, yang kesemuanya pada kenyataannya hanya berhenti pada konsep zonder implementasi. Bila diteropong lebih lanjut sebenarnya kita bisa dengan gamblang melihat akar dari permasalahan permodalan yang dialami oleh pelaku UMKM ini. Rendahnya kepercayaan pihak lembaga keuangan terhadap para pelaku UMKM menjadi faktor yang tidak bisa dipungkiri menjadi pemicu utama munculnya permasalahan permodalan di sektor UMKM. Rendahnya kepercayaan tersebut kemudian dibungkus dalam bahasa yang lebih ilmiah, yakni permasalahan bankable. Tidak memadainya permodalan sedikit banyak menghambat daya inovasi para pelaku UMKM. Inovasi tentu membutuhkan investasi yang memadai. Inovasi merupakan proses berkelanjutan yang hasilnya tidak akan dipetik dalam jangka pendek. Artinya, modal yang diinvestasikan untuk keperluan inovasi tidak dengan cepat dapat dirasakan manfaatnya. Pada titik inilah ketersediaan modal menjadi hal yang penting bagi para pelaku UMKM yang sedang melakukan inovasi. Bahkan secara ekstrim dapat dikatakan bahwa program inovasi bagi beberapa pelaku UMKM dianggap sebagai sebuah perjudian (gambling). Hal tersebut merujuk pada belum adanya kepastian terhadap hasil yang dicapai pada tahap inovasi. Ketidakpastian pasar juga menjadi persoalan bagi para pelaku UMKM jika melakukan inovasi. Sementara pelaku UMKM sudah pasti harus mengeluarkan anggaran untuk melakukan inovasi.
Persoalan lain yang menjadi ganjalan dalam perkembangan inovasi UMKM adalah terkait dengan sumber daya manusia. Permasalahan sumber daya manusia ini berhubungan dengan cara pandang pelaku UMKM dalam menyikapi inovasi. Cara pandang pelaku UMKM dalam melihat persoalan inovasi tidak sedikit yang beranggapan bahwa inovasi bukan sesuatu hal yang penting dilakukan. Cara pandang ini seringkali berpijak pada kondisi kekinian yang telah berhasil mereka raih. Tanpa adanya inovasi para pelaku merasa telah mampu menjalankan usaha mereka dengan relatif baik. Zona aman yang telah mereka rasakan itulah yang kemudian menjadikan mereka enggan untuk melakukan inovasi. Inovasi, lagi-lagi, bagi pelaku UMKM seperti ini dianggap sebagai tindakan yang belum tentu mendatangkan keuntungan usaha dan cenderung spekulatif.
Last but not least, lemahnya jaringan yang dimiliki para pelaku UMKM membawa dampak lemahnya mereka dalam berinovasi. Jaringan adalah faktor yang tidak bisa diabaikan dalam perkembangan inovasi. Jaringan mampu menjadi faktor pendorong ataupun stimulus bagi UMKM untuk bisa melakukan inovasi. Difusi inovasi dapat terjadi salah satunya karena adanya faktor jaringan yang dimiliki oleh UMKM. Banyak pihak yang bisa dijadikan rekanan oleh UMKM untuk melakukan inovasi. Salah satu pihak yang selama ini telah dan berpotensi menjadi rekanan bagi UMKM untuk mengembangkan inovasi adalah perguruan tinggi. Namun sayangnya terlihat seolah kedua belah pihak ini belum mampu mengoptimalkan jaringan tersebut. Hal tersebut dapat dilihat begitu banyaknya inovasi-inovasi yang telah dilakukan oleh perguruan tinggi namun belum mampu menjawab kebutuhan inovasi UMKM. Kondisi ini menandakan belum adanya komunikasi yang intensif diantara mereka terkait dengan pengembangan inovasi. Kedua belah pihak seolah berjalan sendiri-sendiri tanpa terjalin sebuah jaringan yang produktif.
Memupuk Modal Sosial
Berbagai persoalan inovasi yang dialami oleh UMKM tersebut tentu tidak dengan serta merta dapat dibereskan kesemuanya. Akan tetapi setidaknya semua pihak yang terlibat dalam pengembangan UMKM harus mulai membangun kebersamaan yang saling mendukung. Pembangunan modal sosial menjadi salah satu titik pijak yang bisa dijadikan awalan dalam upaya menyelesaikan permasalahan inovasi UMKM. Menurut Francis Fukuyama, dalam bukunya The Great Disruption, modal sosial berpotensi bisa memperlancar tingkat inovasi yang lebih tinggi. Salah satunya dikarenakan keberadaan modal sosial mampu mereduksi biaya-biaya transaksi yang sangat membebani dalam pengembangan inovasi. Modal sosial merupakan modal berharga yang sebenarnya telah banyak dimiliki oleh UMKM-UMKM ang membentuk dalam sentra-sentra industri UMKM. Namun karena begitu formalnya dan birokratisnya pihak lembaga keuangan, pemerintah, atau bahkan perguruan tinggi seolah menjadikan mereka ini belum mampu mengelola modal sosial tersebut secara baik dan produktif.
Modal sosial yang salah satunya menyangkut kepercayaan dan jaringan sangat terkait erat dengan tiga permasalahan pengembangan inovasi UMKM sebagaimana telah diuraikan diatas. Melalui pembangunan kepercayaan diantara pemangku kepentingan  UMKM serta penguatan jaringan diharapkan permasalahan permodalan, sumberdaya manusia, serta jaringan dapat direduksi secara gradual. Dengan tereduksinya persoalan-persoalan yang menghimpit perkembangan inovasi tentu potensi peningkatan daya saing UMKM menjadi sangat terbuka. Akhirnya, tingginya daya saing UMKM dapat semakin meningkatkan peran UMKM dalam menggerakan roda perekonomian nasional.

Tidak ada komentar: