WOM Dalam Retweet

Sejak diluncurkan pertama kali pada tahun 2006 oleh Jack Dorsey, Biz Stone, dan Evan Williams    perkembangan mikroblogging Twitter berlari dengan sangat cepat. Hingga bulan September 2011 pengguna Twitter telah tercatat sebanyak 200 juta dengan jumlah tweet sebanyak 230 juta tweet per hari. Hitungan yang lebih detail lagi menunjukkan bahwa jumlah tweet dalam per detik sebanyak 8.900 tweet. Cukup fantastis. Catatan tersebut memberikan gambaran betapa aktifnya para pengguna twitter dalam berkicau. Kicauan tweep sendiri sangat beragam, mulai dari membicarakan kegiatan mereka hingga menginformasikan sesuatu kepada penghuni Twitter. Informasi pun seolah begitu meruah di dunia Twitter.
Ada banyak fitur yang disediakan oleh Twitter yang menjadikan penggunanya terpicu untuk aktif berkicau. Salah satu fitur yang terdapat di dalam Twitter adalah apa yang disebut dengan ReTweet. ReTweet adalah pengulangan sebuah tweet yang dilakukan oleh pengguna Twitter agar tweet tersebut dapat dibaca oleh pengikutnya (follower). Tidak jarang informasi yang diperoleh dari hasil ReTweet pengguna Twitter yang diikuti (following) kemudian di Retweet kembali. Singkatnya, ReTweet yang di-ReTweet. Pengguna Twitter yang tidak mem-follow pengguna Twitter yang berkicau pun dapat membaca kicauan tersebut karena adanya ReTweet ini.
Sistem ReTweet ini yang kemudian memunculkan fenomena dimana seorang pengguna Twitter meminta tolong kepada pengguna Twitter lain yang dianggap public figure di dunia Twitter untuk me-ReTweet kicauannya. Asa dari permintaan tolong tersebut tentu saja agar kicauannya dapat dibaca oleh lebih banyak pengguna Twitter. Tentu hal tersebut tidaklah mengherankan mengingat seorang public figure bisa memiliki pengikut yang jumlahnya bisa ratusan ribu, bahkan bisa mencapai lebih dari satu juta pengikut. Bisa dibayangkan dengan sekali Retweet maka tweet tersebut berpotensi dibaca oleh ratusan ribu pengguna Twitter. Sistem ini cukup menguntungkan bagi pengguna Twitter yang memiliki sebuah usaha. Bila diobservasi lebih lanjut memang dapat dikatakan bahwa kandungan isi tweet yang ingin di-Retweet-kan lebih bersifat advertorial. Artinya, seorang pengguna mencoba mengiklankan produk yang ingin dijualnya via perantara pengguna twitter yang telah menjadi public figure tersebut.
Dalam dunia pemasaran, sebuah keputusan pembelian seorang konsumen banyak dipengaruhi oleh berbagai pihak. Keluarga, teman, peer group maupun public figure merupakan contoh pihak-pihak yang ikut mempengaruhi keputusan pembellian seorang konsumen. Mereka baik langsung maupun tidak langsung dapat dijadikan referensi oleh konsumen untuk memutuskan sebuah pembelian. Referensi pada gilirannya menjadi sesuatu yang penting bagi konsumen untuk dijadikan sebagai dasar informasi awal sebagai dasar keputusan pembelian. Melalui referensi setidaknya konsumen memiliki gambaran awal sebuah produk yang akan dibeli. Nah, selama ini seringkali sebuah referensi beredar dan berkembang via dari mulut ke mulut (Mouth to Mouth). Konsep Mouth to Mouth ini disebut juga dengan Word of Mouth (WOM). Referensi yang  berwujud informasi dalam konsep WOM ini mengalir dari orang ke orang melalui berbagai media perantara. Media komunitas merupakan salah satu contoh media perantara yang efektif bagi konsep WOM. Komunitas menjadi kekuatan inti dalam penyebaran sebuah informasi. Ketika sebuah komunitas telah memperoleh sebuah informasi  maka anggota-anggota dari komunitas tersebut akan dengan sengaja maupun tidak sengaja cenderung untuk membaginya dengan pihak lain di luar komunitasnya. Gerakan informasi dalam konsep WOM ini layaknya gerakan bawah tanah. Seseorang seringkali tidak mengetahui dari mana muasal sebuah informasi. Kualitas informasi yang diperoleh dari WOM sendiri pada gilirannya menjadi cukup beragam.
Konsep WOM terlihat menemukan bentuknya dalam sistem ReTweet yang dikembangkan oleh Twitter. Sistem ReTweet, layaknya WOM, bekerja untuk menyebarkan berbagai kicauan, apapun bentuknya, ke para pengikut penyebar ReTweet. Dari ReTweet inilah kemudian informasi menyebar kemana-kemana yang bisa jadi tanpa berujung. Seorang pengikut bisa me-ReTweet ulang ReTweet yang dia terima atau baca dari orang yang dia ikuti. Demikian pula dengan pengikutnya, dimana pengikutnya dapat pula me-ReTweet ReTweetnya. Begitu seterusnya. Bisa dibayangkan bila semua pengikut me-ReTweet semua Tweet ataupun Retweet yang telah dia baca. Informasi yang di-ReTweet pun akan melesat dengan cepat ke seluruh penjuru Twitterland.
Contoh mutakhir efektifnya Twitter beserta ReTweet-nya dalam menyebarkan informasi layaknya WOM adalah penjualan buku Poconggg Juga Pocong (PJP) karangan seorang pengguna Twitter dengan akun @Poconggg serta buku karangan Dewi “Dee” Lestari, yang berakun @deelestari, berjudul Madre. Kedua buku ini laris manis bak kacang goreng hanya dengan “beriklan” lewat Twitter. Bahkan untuk buku PJP sendiri kurang dari 1 bulan telah dilakukan cetak ulang beberapa kali. Informasi-informasi tentang kedua buku ini diulik oleh penulisnya melalui tweet-tweet-nya. Tweet-tweet tersebut yang kemudian di-ReTweet oleh kedua pengikut penulis tersebut. ReTweet-ReTweet yang disebar oleh kedua pengikut @deelestari dan @poconggg pada gilirannya akan membanjiri TimeLine para pengguna Twitter yang kebetulan menjadi pengikut dari pengikutnya kedua penulis. Padahal bila dilihat dari pengikut keduanya mencapai ratusan ribu orang. ReTweet-ReTweet tersebut kemudian menjadi semacam referensi bagi para pengguna Twitter untuk membeli kedua buku tersebut. Semakin menarik informasi yang diterima melalui ReTweet tersebut maka semakin tergoda seorang pengguna Twitter untuk membeli bukunya. Konsep tersebut juga berlaku untuk hal-hal yang lain. Demikianlah WOM dalam RT. #SesuatuBanget

Tidak ada komentar: