MEMEREKKAN KOTA

Pembangunan kota dewasa ini tidak bisa dilepaskan dari karakteristik kota itu sendiri. Pembangunan kota yang mendasarkan pada karakteristik dasarnya sama halnya membangun kota dengan potensi-potensi yang dimiliki kota tersebut. Karakteristik kota maupun potensi-potensi yang dimilikinya pada akhirnya akan menjadi identitas tersendiri bagi pembangunan kota.
Richard Florida, seorang ahli tata kota, dalam bukunya yang berjudul Cities and the Creative Class menceritakan bagaimana proses dirinya ketika dipercaya untuk membangun kembali Kota New York yang “luluh lantak” pasca peristiwa penghancuran Gedung WTC, biasa dikenal sebagai tragedi 9/11. Sebelum memaparkan konsep pembangunan kembali New York, Florida melakukan penelitian terlebih dahulu terkait dengan karakteristik-karakteristik maupun potensi-potensi yang dimiliki oleh New York. Tidak sekedar meneliti karakateristik dan potensi yang dimiliki oleh New York akan tetapi Florida juga membandingkan tingkat keunggulan karakteristik dan potensi yang dimiliki oleh New York dibandingkan kota-kota lainnya di Amerika Serikat. Tentu dengan melakukan kegiatan tersebut Florida berharap akan menemukan karakter dan potensi unik yang dimiliki oleh Kota New York. Dari basis keunikan karakteristik dan potensi itulah kemudian New York dibangun kembali.
Sebagaimana “pembangunan kembali” kota New York, kota Yogyakarta juga pernah melakukan “desain ulang” konsep Yogyakarta hingga menemukan slogan Never Ending Asia. Berbagai karakteristik dan potensi Yogyakarta digali dan ditelusuri untuk menjadi pondasi dalam redesain kota Yogyakarta. Ditetapkannya slogan Never Ending Asia bagi Yogyakarta tentu merupakan cerminan karakter dan potensi yang sekaligus menjadi identitas bagi Yogyakarta.  
Apa yang dilakukan oleh Richard Florida dengan kota New York maupun pemerintah daerah Yogyakarta merupakan gambaran bagaimana pembangunan kota dilakukan dengan tidak serampangan dan sekedar membangun dan membangun. Pembangunan kota juga tidak sekedar memenuhi ruang-ruang kota dengan bangunan-bangunan yang menjulang. Lebih ekstrem lagi, pembangunan kota tidak sekedar memenuhi keinginan investor yang ingin berinvestasi dalam pembangunan kota. Sebaliknya, sepertinya halnya yang dilakukan Richar Florida, pembangunan kota harus berkonsep dan berbasis pada karakteristik dan potensi kota melalui banyak tahapan. Keberadaan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) pada dasarnya merupakan salah satu wujud bahwa pembangunan kota memiliki panduan yang jelas. Meski tidak jarang kemudian RTRW hanya sekedar rencana yang terabaikan.

Pembangunan kota yang mendasarkan pada karakteristik dan potensinya dapat dikatakan sebagai salah satu langkah dalam memerekkan kota. Karakteristik dan potensi menjadi sumber dalam membentuk identitas kota yang unik. Membentuk merek yang kuat memerlukan sebuah keunikan pula. Menggerakkan penghuni kota dengan karakter dan potensi yang dimiliki oleh kota akan semakin memperkuat identitas kota itu sendiri. Jika karakteristik dan potensi yang dimiliki oleh sebuah kota adalah sektor pendidikan, misalnya, maka identitas yang dibentuk kota tersebut semestinya adalah identitas sebagai kota pendidikan. Kebijakan-kebijakan yang dibuat semestinya lebih mengarah untuk memperkuat identitas pendidikan tersebut. Tentu untuk sampai pada penentuan identitas pendidikan tidaklah serta merta. Indikator-indikatornya harus jelas dan terukur, seperti halnya yang telah dilakukan oleh Richard Florida dalam mengidentifikasi kota New York. Ada banyak faktor yang bisa digali dalam upaya untuk menemukan identitas-identitas sebuah kota, baik sejarahnya, profesi masyarakatnya, letak geografis, maupun dari sisi budaya. 
    

Tidak ada komentar: