Arti Sebuah Nama

Ungkapan apa arti sebuah nama yang disampaikan dramawan kondang yang hidup di jaman Renaissans yakni William Shakespeare mungkin bagi dunia bisnis sudah tidak relevan lagi. Bagi dunia bisnis nama adalah yang sangat penting untuk menunjang kelangsungan bisnisnya. Begitu pentingnya arti sebuah nama baru-baru ini perusahaan raksasa elektronik dari Jepang, Sony Corp. , sampai harus melayangkan somasi kepada seorang blogger Indonesia bernama Sony Arianto Kurniawan gara-gara sang blogger menggunakan domain yang menggunakan nama “Sony” pada situs pribadinya. Situs milik sang blogger yang disomasi perusahaan Sony itu beralamat www.sony-ak.com . Menurut perusahaan Sony penggunaan nam “Sony” oleh sang blogger dianggap telah menyalahi aturan atas Hak Kekayaan Intelektual (HaKI). Perusahaan Sony sebagai sebuah perusahaan yang berkepentingan atas nama tersebut menganggap pemakaian nama “Sony” pada situs sang blogger berpotensi memberikan kerugian, baik materiil maupun non materiil. Penggunaan nama “Sony” pun menurut perusahaan Sony secara hukum telah menjadi haknya sehingga penggunaan nama “Sony” untuk sebuah produk tertentu di luar perusahaan Sony adalah sebuah pelanggaran.


iShoes, Naikan Gengsi Cibaduyut



Produk lokal masih tetap bisa diandalkan. Asal didukung desain yang tepat, buatan Cibaduyut pun tidak kalah bersaing dengan produk impor. Hal itu bisa dibuktikan Inten Wulansari (25) dan Rina Rosliana (26) melalui produk sepatu mereka iShoes.
Sepatu yang aslinya memang buatan Cibaduyut ini, bisa diterima anak muda kalangan menengah atas. Dituturkan Inten, dia merintis iShoes saat masih kuliah di Universitas Parahyangan.
"Saat itu ada teman yang punya bengkel sepatu. Lalu saya pun coba tawar-tawarkan sama temen-temen," ujar mojang Bandung yang berkerudung ini.
Berkat promosi dari mulut ke mulut usaha pembuatan sepatu Inten cukup laris manis. Teman-temannya tinggal memesan sepatu yang diinginkan dengan berbagai alternatif bahan.
"Pokoknya saat itu mobil saya penuh dengan pesanan sepatu," cerita Intan antusias.
Inten saat itu masih belum memberikan merek untuk model sepatunya. Harga yang dia patok pun masih sekitar di bawah Rp 100 ribu. Selepas lulus, Inten tidak langsung bekerja dan mulai merencanakan untuk menseriuskan usaha sepatunya di tahun 2008.
Saat itulah Rina bergabung dan mereka mendirikan iShoes. Outlet pertama iShoes dibuka di Chill out Jalan Sukajadi. Dengan memperkerjakakan dua perajin dari Cibaduyut, iShoes mampu memproduksi 100 buah sepatu dengan jumlah model rata-rata 10-15 model.
"Sepatu ini memang buatan Cibaduyut dengan semua bahan baku berasal dari Cibaduyut," tutur Inten.
Antusiasme konsumen terhadap sepatu buatan Cibaduyut ini cukup baik. Dalam satu bulan omset yang didapatkan berkisar antara Rp 7 juta-Rp 10 juta. Meski sudah cukup punya langganan, baik Inten maupun Rina masih enggan untuk sepenuhnya menggantungkan pendapatan dari usaha ini.
Di samping mengelola iShoes, mereka masih bekerja sebagai karyawan di perusahaan swasta. Selama kurang dari satu bulan ini, outlet iShoes pindah ke Jalan Bahureksa No 1. Satu toko dengan The Plava yang menyediakan fashion untuk wanita dan aksesorisnya.
(ema/avi)

Tukang Kunci

Urusan kunci meski sepele namun sebenarnya ribet juga kalau kita kesandung persoalan rusaknya benda kecil ini. Lewat kunci kita bisa masuk ke ruangan yang kita tuju ataupun lewat kunci kita bisa menyalakan kendaraan kita. Dan lewat kunci pulalah kita bisa mengamanahkan kerahasiaan maupun keamanan kita. Keamanan rumah, sepeda motor, sepeda angin, mobil, brankas, hingga kerahasiaan sebuah buku harian diserahkan sepenuhnya lewat kunci. Sangat wajar jika bentuk dan struktur kunci pun beraneka ragam sebagai salah satu upaya untuk menjalankan amanahnya. Mulai bentuk badan kunci secara keseluruhan hingga lekuk-lekuk yang membentuk tubuh kunci masing-masing memiliki kekhasan dan keunikan sendiri-sendiri.


Tiger Woods dan Hancurnya Sebuah Merek


Nama lengkapnya Eldrick Tont Woods sedangkan nama tenarnya Tiger Woods. Siapa yang tidak kenal dengan nama mentereng ini, apalagi para penggila olah raga golf. Tiger Woods adalah “macan” di olah raga golf. Berbagai rekor olah raga golf telah ia raih dalam usia yang cukup muda. Hingga tidak heran bila ia disejajarkan dengan beberapa nama legenda golf, termasuk diantaranya Jack Nicklaus. Yang menjadikannya semakin istimewa tentu saja karena dia adalah pegolf yang berkulit hitam. Seperti halnya dengan Lewis Hamilton di olah raga “jet darat” F1 yang menerobos dominasi pebalap kulit putih maka Tiger Woods telah melakukannya di golf.

Pameran Buku


Diantara hiruk-pikuk aktifitas manusia yang berdesing bak gasing maka adanya pameran buku layaknya oase di gurun pasir yang gersang. Pameran buku menawarkan sebuah tamasya intelektual yang meng-adem-kan pikiran. Kita diajak untuk mengunjungi stan-stan dengan berbagai tajuk buku. Memindai satu persatu stan dan bahkan meneliti setiap judul buku untuk memastikan buku yang kita minati. Diskon dihamburkan sebagai pembeda antara pameran buku dan toko buku. Sejenak kita dilupakan adanya lapisan-lapisan sosial semu yang ada dalam masyarakat. Semua membaur dalam peserta ziarah buku, laksana peserta ziarah wali sanga. Batas-batas sosial runtuh oleh The Lost Symbol-nya Dan Brown, Harry Potter-nya J.K. Rowling, Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata, Pertengkaran-nya Gogol hingga Lentera Al-Qur’an-nya Quraish Shihab. Semua berdesakan, bersentuhan, berebutan satu sama lain untuk satu buku, dua buku, tiga buku atau bahkan untuk banyak buku. Mereka menanggalkan status sosial, latar belakang pendidikan, latar belakang agama, kendaraan yang mereka pakai, merek sepatu yang mereka pakai, parfum, baju, apapun yang menempel dalam diri mereka. Dalam momen ini hanya buku yang menjadi status sosial mereka. Pamer judul buku yang mereka beli menjadi sebuah ritual dalam setiap pameran buku untuk mempertontonkan status sosial mereka. Buku telah menjadi komodifikasi yang memberikan sumbangan dalam lanskap masyarakat yang beradab menyaingi Hermes, Cristian Dior, Armani, Adidas, Nike, Blackberry, Apple, Ipod.